
Gelar dokter dan hidup enak di California tak membuat perjuangan pria berhobi sightseeing ini usai. Kecintaannya akan tantangan dalam hidup terus digemborkan sebagai wujud motivasi diri. Tantangan itu bernama kesehatan masyarakat.
FKM, Awal Perubahan Menuju Perbaikan
Ketertarikan Hasbullah Thabrany pada bidang makara ungu dimulai saat dirinya masih mengemban ilmu di semester empat fakultas kedokteran. Saat itu, Hasbullah muda sempat menjadi wartawan media koran terbitan media nasional terbesar untuk bidang kesehatan. Lewat tugas yang diembannya, ia melihat tantangan yang ada dalam bidang tersebut dan memperoleh sisi lain dunia kesehatan yang selama ini hanya populer dari segi kuratif saja. Menurutnya, metode kuratif hanya bersifat memperbaiki secara sementara, “Kalau cuma ngobatin, jadi dokter ngobatin orang pilek,orang batuk gampang banget... tidak menantang! Tidak menyelesaikan masalah. Orang itu minggu depan bisa dateng lagi, batuk lagi, bolak-balik.” Padahal, imbuhnya, masalah terbesar yang ada di masyarakat terpusat pada perilaku, lingkungan, dan juga sistem. Hal-hal tersebutlah yang seharusnya dibenahi secara keseluruhan.
Dedikasi dalam tantangan yang dipilihnya berlanjut hingga kini. Hasbullah aktif berkontribusi dalam masalah perasuransian Indonesia. “Masalah-masalah kesehatan banyak diselesaikan dengan asuransi,” terangnya saat dikonfirmasi alasan utama dirinya menggeluti bidang tersebut. Menurut Hasbullah, penyelesaian banyak masalah dapat diselesaikan dengan asuransi. “Amburadulnya manajemen rumah sakit, kualitasnya, harganya, dapat diselesaikan dengan asuransi,” imbuhnya. Hasbullah terjun dalam bidang asuransi semenjak 20 tahun silam. Saat itu dirinya masih mengemban ilmu di University of California di Berkeley, Amerika Serikat. Hasil studinya di negeri paman sam tersebut menyiratkan bahwa di negara-negara lain, asuransi menjamin semua penduduknya dan menyelesaikan banyak masalah. Oleh karenanya, asuransi merupakan the future problem in Indonesia, dan dapat menjadi titik tolak menuju perubahan yang lebih baik lagi.
Ragam Peluang Rambah Banyak Bidang
Berbeda dengan Hasbullah yang melihat FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat –red) sebagai suatu tantangan, banyak kalangan mahasiswa yang justru memilih FKM sebagai alternatif pilihan jurusan mereka. Hal ini mengingat stereotipe yang berkembang dan mengacu pada prospek kesejahteraan di masa mendatang. Menyikapi hal tersebut, Hasbullah memiliki pandangannya sendiri, “Soal rezeki Tuhan yang ngatur, dan pekerjaan selalu bisa kita create.” Menurut Hasbullah pula, peluang yang ada bagi mahasiswa FKM justru lebih besar. FKM dapat dijadikan entry point untuk merambah bidang lainnya. Sementara itu, kompleksnya mata kuliah di FKM juga menjadi tolak ukur FKM untuk bergerak di bidang lainnya. “Di FKM segala macam hal diajarkan, seperti komunikasi, administrasi kantor, skill psikologi, dan banyak skill lainnya yang ternyata ga hanya dibutuhin oleh institusi kesehatan, di luar kesehatan pun bisa,” imbuh praktisi pendidikan kelahiran Cawang ini.
Luasnya cakupan bidang ternyata juga diiringi oleh lingkup kerja yang luas, hingga menjangkau skala internasional. “Kalau saya berdialog atau berkunjung ke beberapa lembaga internasional, seperti WHO, UNDP, serta yayasan-yayasan internasional lainnya, banyak sekali saya temukan lulusan FKM yang bekerja di sana,” ujarnya. Hasbullah juga menambahkan bahwa stigma yang merendahkan kesehatan masyarakat muncul karena pada dasarnya orang tersebut belum mengenal esensi kesehatan masyarakat yang sesungguhnya.
Kontribusi Berskala Nasional
Sama halnya dengan cakupan bidang, kontribusi FKM pun telah mencapai skala nasional. “Kontribusi orang-orang FKM itu luar biasa. Dari sistem SKN, puskesmas, KB, serta sistem-sistem kesehatan lainnya banyak yang melibatkan orang-orang FKM. Lulusan sini (FKM UI –red) pun sudah mencapai 12 ribuan orang di seluruh Indonesia,” ujar Hasbullah yang pernah menjabat sebagai dekan FKM periode 2004-2008 ini. Hasbullah pun pernah terlibat dalam pembuatan naskah akademik undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Menurutnya, kebijakan, konsep serta otak pemikiran awal ini berada di tangan FKM.
Untuk jangka waktu ke depan, Hasbullah berharap FKM UI dapat menjadi supplier bibit-bibit unggul ke skala internasional. Hasbullah yang pernah bekerja pada suatu lembaga penelitian bergengsi di dunia, Rand Corporation, California ,berujar, “Orientasi kita jangan lagi nasional ataupun lokal. Kita harus jadi leader di ASEAN paling tidak. Sekarang kita masih ketinggalan sama Singapura, Malaysia, dan Thailand, ya harus kita kejar itu.” Selain itu, Hasbullah juga berpesan pada mahasiswa FKM, khususnya pada mahasiswa baru, untuk tetap menjadi yang terbaik. “Be the Champion of The World, that’s it. Upayakan itu. Tidak ada yang tidak bisa. Kalau kita sudah punya target dan yakin akan hal itu, insya Allah akan tercapai,” ujar anak pertama dari sembilan bersaudara ini menutup diskusi.
-Wawancara MEDIA BEM IM FKM UI 2009
oleh Nilam Winanda, dan Apriastuti Puspitasari-
Read More..
Full article